1. Homonim
Homonim adalah kata yang berasal dari kata homo yang berarti sama dan nym yang berarti nama. Jadi, homonim adalah kata yang penamaan dan pengucapannya sama tetapi maknanya berbeda.
Contoh :
1.
Bisa(dapat melakukan),
Bisa(racun)
-
Ayahku
bisa membeli rumah. (Bisa berarti dapat melakukan dan bermakna denotasi)
-
Pamanku terkena
bisa ular yang mematikan. ( Bisa berarti racun dan bermakna denotasi)
2.
Bulan(Kalender),
Bulan(Benda langit/satelit alami bumi)
-
Saya akan melaksanakan UN pada
bulan Juni. (Bulan bermakna kalender)
-
Aku sedang duduk menatapi
bulan di langit. (Bulan bermakna benda langit)
Contoh lainnya :
-
Rapat (berdempet-dempetan) -
Rapat (meeting)
-
Beruang (hewan) -
Beruang(punya uang)
-
Syah = Raja -
Syah = kepala (pemimpin)
-
Buku = ruas -
Buku = kitab
-
Bandar = pelabuhan -
Bandar = parit -
Bandar= pemegang uang dalam perjudian.
2. Homofon
Homofon terdiri atas kata homo yang berarti sama dan foni (phone) berarti bunyi atau suara. Berarti homofon adalah kata yang diucapkan sama tetapi berbeda dari segi maksud dan juga tulisan.
Perkataan-perkataan yang homofon mungkin dieja dengan serupa atau berbeda,
Contoh :
1.
Massa telah berkumpul di depan Istana Negara. (massa/masyarakat)
Hidupnya senang sepanjang
masa. ( masa/waktu)
2. Dia pergi ke sekolah memakai
rok. Rok(pakaian)
Dia suka lagu
rock. Rock(aliran music)
Contoh lainnya :
-
Djarum(merek rokok),
Jarum(alat untuk menjahit)
-
Tank(kendaraan perang),
Tang(alat perkakas)
3. Homograf
Homograf terdiri atas kata homo berarti sama dan graf (graph) berarti tulisan. Jadi homograf adalah kata yg sama ejaannya dengan kata lain, tetapi berbeda lafal dan maknanya.
Contoh :
1. Buah
apel ini enak sekali. (apel maksudnya buah)
Anak-anak telah
apel di lapangan tadi pagi. (apel maksudnya kumpul)
Contoh lainnya :
- Pejabat
teras (pejabat utama) itu duduk santai di
teras (lantai depan rumah) sambil membaca berita di koran tentang pertanian di daerah
teras (bidang tanah datar yang miring di perbukitan)
- Polisi
serang (mendatangi untuk menyerang) penjahat di Kabupaten
Serang (nama tempat).
Serangan jantung (penyakit jantung yang mendadak) melanda orang tua yang tidak pernah berolah raga.
4. Polisemi
Polisemi adalah suatu kata yang mempunyai makna lebih dari satu.
Contoh :
1. Husni mempunyai hubungan
darah dengan Hasan.
Tubuhnya berlumuran
darah akibat terjatuh dari sepeda motor.
2. Keluarga saya memeluk
agama islam.
Saya sangat ingin
memeluk ibu saya.
Perhatikan kata darah pada kalimat pertama yang berarti keluarga (makna konotasi), sedangkan darah pada kalimat kedua berarti zat merah dalam tubuh kita (makna denotasi).
Contoh lainnya :
1.
Rendang(makanan),
Rendang(pohon yang lebat)
-
Ibu sedang masak
rendang.
-
Tidur di bawah pohon yang
rendang memeng nyaman.
2.
Per(benda),
Per(pembagian)
-
Per sepeda itu bekerja dengan baik.
-
Mahasiswa harus membayar uang Bpp
per semester.
3.
Tahu(makanan),
Tahu(mengetahui)
-
Irsan tidak suka makan
tahu.
-
saya
tahu tentang pelajaran ini.
5. Meluas (generalisasi)
Generalisasi adalah cakupan makna sekarang (kini) lebih luas daripada makna yang lama.
Contoh:
a.
Pelayaran ke negara Perancis itu dipimpin oleh Kapten Sugianto.
- Dulu atau asalnya bermakna mengarungi lautan dengan perahu layar. Kini kata pelayaran bermakna mengarungi lautan dengan kapal bermesin.
b. Siapa yang
Ibu cari di sini?
- Memiliki makna asal orang tua kandung yang wanita. Kata ibu saat dapat untuk menyebut wanita yang berkedudukan lebih tinggi daripada kita.
c. Saya tadi makan
ikan.
- Makna dulu atau asalnya adalah Hewan yang hidup di air. Kini arti dari ikan adalah Lauk pauk.
6. Menyempit (Spesialisasi)
Spesialisasi adalah cakupan makna kata yang sekarang lebih sempit atau terbatas daripada makna yang dulu atau makna asalnya.
Contoh :
a. Saya bercita-cita ingin menjadi
sarjana pendidikan.
- Dulu dipakai untuk menyebut cendekiawan atau orang pintar atau orang berilmu. Sekarang kata sarjana dipakai untuk menyebut orang yang telah lulus dari jenjang strata satu di perguruan tinggi
b. Sekarang ini di kota-kota besar banyak terdapat biro jasa yang menyalurkan para
pembantu.
- Makna asal kata pembantu adalah orang yang membantu. Sekarang kata pembantu dipakai untuk menyebut pembantu rumah tangga atau pelayan.
c. Pak Djito sangat berwibawa ketika sedang mengajar seni
sastra di universitas ini.
- Pada awalnya, kata sastra dapat digunakan untuk pengertian tulisan dalam arti luas atau umum. Sekarang, sastra lebih diartikan sebagai tulisan atau bacaan yang berhubungan dengan seni.
7. Membaik (Ameliorasi)
Suatu proses perubahan makna yang membuat makna kata baru dirasakan lebih tinggi atau lebih baik nilai rasa bahasanya daripada makna kata lama.
Contoh:
a. Anak-anak penyandang
tunarungu pun berhak mengeyam pendidikan.
- Kata tunarungu dirasakan lebih halus dan sopan nilai rasa bahasanya daripada kata tuli.
b. Dalam acara perpisahan siswa kelas III kepala sekolah hadir bersama
istri.
- Kata istri dirasakan lebih tinggi atau lebih baik nilai rasa bahasanya daripada kata bini.
c. Bibiku bekerja sebagai
pramuwisma di rumah tetanggaku.
- Kata pramuwisma mempunyai kesan lebih sopan atau terhormat daripada kata pembantu.
8. Memburuk (Peyorasi)
Suatu proses perubahan makna yang membuat makna kata baru dirasakan lebih rendah nilai rasa bahasanya daripada nilai pada makna kata lama.
Contoh :
a. Direktur perusahaan ini ternyata ber
bini tiga.
-
Kata bini dianggap baik pada masa lampau, tetapi sekarang dirasakan kasar.
b.
Empat narapidana
kabur dari lembaga pemasyarakatan itu.
-
Kata kabur dianggap baik pada masa lampau, yaitu lari, tetapi sekarang dirasakan kurang baik, yaitu menghilang.
c.
Orang tuanya merupakan
bekas karyawan di toko ini.
-
Dulu kata bekas masih dianggap baik yang bermakna mantan, tapi sekarang terkesan lebih kasar.
9. Sinestesia
Perubahan makna kata akibat pertukaran tanggapan antara dua indra yang berlainan.
Misalnya: pengecap, pendengaran, pendengaran, pengecap, penglihatan, pengecap
Contoh:
a.
Suara penyanyi Erni Johan sampai saat ini masih
empuk.
-
Kata empuk sebenarnya yang merasakan adalah indra peraba (kulit) dengan makna lunak atau tidak keras. Akan tetapi, pada kalimat tersebut kata empuk yang merasakan adalah indra pendengar ( telinga) dengan makna merdu.
b.
Pidatonya
hambar.
-
Kata hambar sebenarnya yang merasakan adalah indra pengecap (lidah) dengan makna tawar atau tidak ada rasanya. Kata hambar dalam kalimat tersebut yang merasakan indra pendengar (telinga) dengan makna monoton atau kurang menggairahkan
c.
Sungguh kata-kata yang diucapkan sangat
pedas.
-
Kata pedas sebenarnya yang merasakan adalah indra pengecap (lidah) dengan makna tajam. Kata pedas dalam kalimat tersebut yang merasakan indra pendengar (telinga) dengan makna sangat menyakitkan hati.
d. Senyummu sangat
manis.
-
Kata manis sebenarnya yang merasakan adalah indra pengecap (lidah) dengan makna enak. Kata pedas dalam kalimat tersebut yang merasakan indra penglihatan (mata) dengan makna sangat menarik hati.
10. Asosiatif
Perubahan makna kata yang terjadi karena persamaan sifat.
Contoh :
a Orang itu
mencatut nama pejabat untuk mencari sumbangan.
-
Kata catut berarti alat untuk menarik atau mencabut paku dan sebagainya. Berdasarkan persamaan sifat ini, kata catut dipakai untuk menyatakan makna mengambil sesuatu yang bukan haknya.
b.
Janganlah kita membiasakan diri memberi
amplop dalam mengurus sesuatu!
-
Kata amplop berarti alat untuk menyimpan surat. Berdasarkan sifat ini, kata amplop dipakai untuk menyatakan makna memberi uang sogokan atau uang pelicin.
c.
Kursi itu menjadi rebutan para anggota dewan.
-
Kata kursi berarti tempat duduk. Berdasarkan sifat ini, kata kursi dipakai untuk menyatakan makna jabatan, kedudukan, atau posisi.
d.
Pak Ganito merupakan salah satu anggota DPR
tukang stempel.
-
Makna dari kalimat diatas adalah anggota DPR yang hanya diam tanpa melakukan sesuatu yang berguna.